Kenangan Cinta dalam Secangkir Kopi

Kenangan Cinta dalam Secangkir Kopi

--

Aku masih ingat hari-hari ketika kita duduk di kafe favorit kita, menikmati secangkir kopi sambil tertawa bersama. Kau selalu memesan latte dengan tambahan sirup karamel, sementara aku setia dengan cappuccino. Kita berbagi cerita tentang mimpi, harapan, dan rencana masa depan. Di kafe itu, di sudut yang sama, di mana kursi-kursi kayu masih menyimpan jejak kehangatan, aku merasakan kebersamaan yang begitu hangat dan tulus.

Setiap kali aku meminum secangkir kopi, aromanya selalu mengingatkanku pada momen-momen itu, pada kebersamaan kita yang begitu indah. Namun, kini yang tersisa hanya secangkir kopi yang pahit, menyimpan sejuta kenangan yang tak terlupakan. Kenangan yang selalu hadir setiap pagi, saat aku duduk di teras rumah, ditemani oleh burung kenariku.

                                      ***

Indah, kau pernah bercerita tentang impianmu untuk menjelajahi dunia, mengunjungi tempat-tempat eksotis yang hanya ada di dalam buku cerita. Kau ingin menginjakkan kaki di pasir putih pantai Maladewa, menyusuri jalan-jalan berbatu di Paris, dan menyaksikan aurora borealis di langit Norwegia. Aku selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, membayangkan diriku berada di sampingmu, menjalani petualangan bersama.

Tapi takdir berkata lain. Kau pergi tanpa meninggalkan jejak, meninggalkan aku dengan sejuta pertanyaan yang tak terjawab. Mengapa kau pergi? Apa yang membuatmu menjauh? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantuiku, membuat hatiku terasa hampa.

Setiap pagi, aku berharap melihatmu kembali melangkah melewati rumahku, berharap mendengar suaramu menyapaku seperti dulu. Namun, yang ada hanya kesunyian yang menyelimuti pagi yang sejuk ini. Burung kenariku tetap bernyanyi, seakan mencoba mengisi kekosongan yang kau tinggalkan.

                                      ***

Aku mencoba melanjutkan hidup tanpa dirimu, Indah. Aku mencoba menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, seperti secangkir kopi di pagi hari, kicauan burung kenari, dan sinar matahari yang menyusup melalui dedaunan. Namun, ada sesuatu yang selalu mengingatkanku padamu. Mungkin itu adalah aroma kopi yang selalu menemaniku setiap pagi, atau mungkin itu adalah bayanganmu yang tak pernah hilang dari ingatanku.

Kadang-kadang, aku melihat wajahmu dalam mimpi. Dalam mimpi itu, kau tersenyum padaku, mengulurkan tanganmu untuk menyentuh pipiku. Aku merasakan kehangatan sentuhanmu, mendengar suaramu yang lembut memanggil namaku. Namun, ketika aku terbangun, yang ada hanya kekosongan. Kau menghilang, meninggalkan aku sendirian dalam kegelapan malam.

BACA JUGA:Sebelum Kau Pergi Dari Sudut Hatiku

Aku mencoba mencari tahu keberadaanmu, mencoba mencari jejak-jejak yang mungkin kau tinggalkan. Namun, semua usaha itu sia-sia. Kau menghilang seperti angin, tanpa meninggalkan jejak yang bisa kutemukan. Hanya kenangan yang tersisa, kenangan yang terus menghantui pikiranku.

                                    ***

Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, aku duduk di teras rumah dengan secangkir kopi di tangan. Lagu yang sama mengalun dari radio tua, membawa kembali kenangan tentangmu. Aku masih merindukanmu, masih berharap kau akan kembali.

BACA JUGA:Sebelum Hujan Turun Lagi

Namun, aku tahu bahwa harapan itu mungkin tak akan pernah terwujud. Kau telah pergi, meninggalkan aku dengan sejuta kenangan yang tak terlupakan. Tapi, aku akan selalu menyimpan perasaan ini dalam hatiku, menyimpannya sebagai rahasia yang hanya aku dan burung kenariku yang tahu.

Sumber: