Kan Kuikat Hatimu dengan Cinta yang Berbeda

Kan Kuikat Hatimu dengan Cinta yang Berbeda

--

Dan saat aku hampir menyerah, kau tiba-tiba menoleh dan tersenyum. “Pagi,” sapamu.

Aku membalas dengan anggukan kecil. “Pagi.”

Itu saja. Tapi hatiku menghangat seperti mentari yang mulai naik di ufuk timur.

BACA JUGA:Gerimis Pagi di Bulan Juli

Antara Realita dan Harapan

Hari-hari berlalu, tapi aku tetap berada di tempat yang sama—di dalam lingkaran perasaan yang tak tersampaikan. Aku mulai menyadari, mungkin aku hanya pecinta dalam bayang-bayang. Aku bukan seseorang yang cukup berani untuk maju dan menyatakan isi hati.

Namun, apakah cinta harus selalu diungkapkan dengan kata-kata? Bagiku, cinta adalah rahasia hati yang paling dalam, diam-diam memastikan kau baik-baik saja, diam-diam menginginkanmu tanpa memaksakan kehadiranku.

Aku memilih mencintaimu dengan caraku sendiri. Dengan menunggu di taman, dengan berharap kau akan tersenyum kepadaku lagi, dengan mengikat hatimu dalam diam—dengan cinta yang berbeda.

Mungkin Takdir Punya Cara Sendiri

Pada suatu pagi yang sama seperti biasa, aku menunggu di tempatku, di balik jendela yang setengah terbuka. Tapi hari itu, aku tak melihatmu.

Hatiku gelisah. Apakah kau baik-baik saja? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Aku mencoba mengabaikan kegelisahan itu, mencoba meyakinkan diriku bahwa kau mungkin hanya bangun lebih siang atau memilih rute lain untuk berjalan pagi.

Namun, hari-hari berikutnya, ketidakhadiranmu semakin nyata. Dan saat akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya pada seseorang yang mengenalmu, aku mendapat jawaban yang tak ingin kudengar.

“Kau belum tahu? Dia pindah. Kemarin sore.”

Aku terpaku.

Dunia seketika terasa lebih sunyi. Aku menatap taman yang kini terasa kosong. Kau pergi tanpa memberi tanda, tanpa ucapan perpisahan.

Sumber: