Menyusuri Sejarah Kerajaan Pajajaran di Makam Keramat Kebun Raya Bogor

Menyusuri Sejarah Kerajaan Pajajaran di Makam Keramat Kebun Raya Bogor

Tim AktualNews saat berkunjung ke komplek Pemakaman --

 

 

Menelusuri Aura Mistis Kompleks Makam Keramat

 

Bogor, AktualNews -Jika Anda berkunjung  ke Kebun Raya Bogor tidak ada salahnya jika Anda berkunjung ke komplek Pemakaman sejarah, di tengah rimbun dan damainya Kebun Raya Bogor, sekitar 600 meter dari pintu utama dan tak jauh dari Jembatan Gantung yang legendaris, terdapat sebuah kawasan sunyi yang menyimpan kisah-kisah dari masa lampau. Tempat itu dikenal sebagai Kompleks Makam Keramat—sebuah ruang sakral yang memeluk keheningan dan sejarah dalam satu tarikan napas.

Bukan sekadar lokasi berziarah, tempat ini menjadi semacam jendela menuju masa silam, di mana kerajaan, cinta, keberanian, dan pengabdian berpadu dalam narasi-narasi yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Di hari biasa, sejumlah peziarah tampak datang dengan langkah pelan dan wajah penuh harap. Namun, pada akhir pekan, suasana menjadi lebih ramai—namun tetap dalam nuansa yang hening dan khidmat.

BACA JUGA: Sejarah dan Legenda Gunung Putri Kab Bogor: Dari Asal Usul Nama hingga Perkembangan Pesatnya

Kompleks ini berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 100 meter persegi. Empat makam berdiri rapi, terawat dengan dedikasi yang mencerminkan penghormatan tinggi kepada mereka yang bersemayam di dalamnya. Di antara keempatnya, nama Ratu Galuh Mangku Alam selalu disebut paling pertama. Ia adalah istri kedua dari Prabu Siliwangi, penguasa besar Kerajaan Pajajaran. Ratu Galuh, dalam banyak cerita rakyat, dikenal bukan hanya karena paras dan kedudukannya, tetapi karena kesaktiannya yang luar biasa dalam menopang kekuasaan sang raja. Ia bukan sekadar pendamping, tetapi juga penasehat dan penjaga semangat kerajaan.

Tak jauh dari makam Ratu Galuh, bersemayam dua tokoh lainnya—Mbah Baul dan Mbah Jepra. Mbah Baul dikenal sebagai panglima perang tangguh, sementara Mbah Jepra dipercaya sebagai senopati yang selalu berada di garda terdepan dalam setiap pertempuran. Mereka bukan sekadar figur sejarah, tetapi juga simbol pengabdian tanpa syarat. Kisah-kisah keberanian mereka kini hidup dalam legenda, diceritakan kembali dalam nada-nada lembut oleh para tetua kampung, agar tak lekang dimakan zaman.

Namun, di balik pagar besi yang membatasi area makam utama, ada satu pusara yang terletak sedikit terpisah—makam Solendang Galuh Pangkuan. Sosok ini adalah misteri itu sendiri. Tidak banyak yang benar-benar tahu siapa dia, namun namanya sering muncul dalam bisikan cerita rakyat sebagai penjaga, pengembara, atau bahkan kekasih tak bersuara. Letaknya yang terpisah seolah menegaskan bahwa kisahnya tidak pernah selesai ditulis.

Keempat makam itu berdiri dalam lereng kecil yang diteduhkan oleh sebatang pohon besar. Di sekelilingnya, pohon-pohon kecil tumbuh dengan liar namun harmonis, seakan menjadi penjaga setia yang menjaga aura magis tempat ini tetap hidup. Jika Anda cukup peka, Anda mungkin bisa merasakan bisikan angin yang membawa serpihan cerita dari masa lalu, berputar-putar sebelum lenyap di antara dedaunan.

Bagi warga sekitar, Kompleks Makam Keramat bukan hanya tempat bersejarah—ia adalah bagian dari identitas kultural yang mengakar. Di sinilah spiritualitas bertemu dengan sejarah, dan di sinilah warisan leluhur dijaga dengan penuh hormat. Tradisi ziarah, penghormatan, dan ritual kecil yang dilakukan masyarakat adalah bentuk kasih yang terus mengalir, bahkan setelah ratusan tahun berlalu.

BACA JUGA:Inilah Sederet Pohon Berusia Ratusan Tahun di Bogor, Saksi Bisu Sejarah dan Keindahan Alam

Tak sedikit pengunjung yang datang hanya untuk duduk diam, menyerap ketenangan yang sulit ditemukan di tempat lain. Ada yang datang membawa doa dan sesaji sederhana, ada yang datang mencari makna di balik keheningan. Beberapa di antaranya adalah peneliti sejarah, pecinta budaya, atau sekadar wisatawan yang tersesat secara indah ke dalam dunia yang seolah berhenti berdetak.

Sumber: