Senyum yang Mengoyak Hati

Ilustrasi/kreator dokpri/Pixabay --
Aku bertanya-tanya, di mana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja?
Berbulan-bulan berlalu, dan aku masih terjebak dalam kenangan itu. Setiap kali hujan turun, aku teringat kata-katanya—hujan adalah kenangan.
Dan Sinta adalah hujan dalam hidupku.
BACA JUGA:Terlalu Lama Pergi
Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
Hingga suatu hari, aku melihatnya lagi.
Di sebuah toko buku kecil di sudut jalan, aku melihat sosoknya berdiri di antara rak-rak buku. Hatiku berdegup kencang. Aku berpikir untuk mendekatinya, tapi sesuatu menahanku.
Sinta terlihat berbeda. Dia tampak lebih tenang, lebih damai. Di sampingnya, seorang pria berdiri, berbicara dengannya dengan lembut.
Aku tidak tahu siapa pria itu. Aku tidak ingin tahu.
Aku hanya berdiri di sana, mengamatinya dari kejauhan, hingga akhirnya dia berbalik dan bertemu pandang denganku.
Senyumnya muncul.
Dan saat itu, aku tahu—aku bukan lagi bagian dari hidupnya.
Aku keluar dari toko, berjalan di bawah gerimis yang mulai turun.
Hujan kembali datang.
Dan seperti kata Sinta, hujan selalu meninggalkan jejak.
Sumber: