Urgensi Pendidikan Adab Bermuamalah Sejak Dini Untuk Generasi Emas 2045

Wahyu Hidayat, SE.I, ME. Sy Dosen Institut Asy-SYukriyyah Mahasiswa Program Doktor Ekonomi Syariah Universitas Ibnu KhaldunCEO Sharia Solusindo (Konsultan Keuangan Syariah)--
Tangerang, AktualNews - Pemerintah memiliki Nawacita mulia menuju kegemilangan di tahun 2045. Sebuah era yang dikenal sebagai Indonesia Emas, generasi yang akan memanggul tonggak besar menjadi bagian kepemimpinan di dunia. Oleh karena itu, mempersiapkan mereka dengan bekal yang holistic dan integral, tidak hanya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam pemahaman nilai-nilai etika dan moral dalam berinteraksi sosial dan ekonomi (muamalah), menjadi sebuah keniscayaan.
Pendidikan muamalah di usia dini bukan sekadar pengenalan istilah-istilah agama, melainkan investasi strategis untuk mewujudkan Indonesia Emas yang berkeadilan, berintegritas, dan berkah. Mengapa pendidikan adab dalam bermuamalah begitu urgen ditanamkan sejak usia dini? Masa kanak-kanak adalah periode emas (golden age) pembentukan adab, di masa inilah masih terdapat ruang kosong pengetahuan bagi anak.
Pendidikan muamalah mengenalkan konsep-konsep kejujuran, amanah (tanggung jawab), keadilan, saling menghormati, dan menghindari praktik-praktik yang merugikan orang lain sejak dini.
BACA JUGA:HMP IAT Gelar Safari Dakwah: Membangun Generasi Qur'ani di Era Gen Z
Melalui cerita, permainan, dan contoh perilaku sehari-hari, anak-anak akan memahami pentingnya berbuat baik dalam setiap interaksi, baik dengan keluarga, teman, maupun lingkungan sekitar. Lebih dari sekadar nilai moral, pendidikan muamalah juga membekali anak-anak dengan pemahaman dasar tentang interaksi ekonomi yang sehat dan bertanggung jawab. Mereka akan belajar tentang konsep kepemilikan, berbagi, menabung, dan pentingnya menghindari perilaku konsumtif yang berlebihan. Bermuamalah secara fair, tidak berlaku dzolim dalam bertransaksi.
Pemahaman ini akan menjadi fondasi penting bagi mereka untuk tumbuh menjadi individu yang cerdas secara finansial, pribadi-pribadi yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap kondisi lingkungan sosial dan berkontribusi positif pada perekonomian bangsa di masa depan, selaras dengan kosep deeplearning Kementrian Pendidikan Dasar RI.
BACA JUGA:Camat Kemiri Hendarto Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H/2025
Bayangkan generasi emas 2045 yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi dalam setiap tindakan ekonomi. Mereka akan menjadi pemimpin dan pelaku ekonomi yang adil, transparan, dan bertanggung jawab, menjauhi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang selama ini menjadi penghambat kemajuan bangsa. Dengan landasan muamalah yang kuat, mereka akan mampu membangun sistem ekonomi yang berkeadilan sosial, di mana kekayaan tidak hanya terpusat pada segelintir orang, tetapi merata dan membawa kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan muamalah di usia dini juga akan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Anak-anak akan belajar bahwa rezeki yang mereka peroleh tidak sepenuhnya milik mereka, ada hak orang lain di dalamnya. Konsep zakat, infak, dan sedekah dapat dikenalkan secara sederhana melalui kegiatan berbagi dengan teman atau membantu keluarga yang membutuhkan. Generasi yang tumbuh dengan kesadaran sosial yang tinggi akan menjadi pilar penting dalam membangun masyarakat yang care dan harmonis di masa depan. Implementasi pendidikan muamalah di usia dini tentulah memerlukan pendekatan yang tepat, praktis dan menyenangkan sehingga mudah di mengerti dan di praktekan oleh anak-anak.
Sumber: