Diri yang Terkikis oleh Ekspektasi

--
Menurut data WHO Mental Health Report (2023), tekanan ekspektasi baik dari keluarga maupun lingkungan akademik adalah salah satu pemicu utama burnout pada mahasiswa. Terlebih pada perempuan, tekanan untuk tampil kuat dan mandiri kerap kali mengaburkan kebutuhan akan bantuan dan dukungan emosional.
Ia mulai menyadari bahwa hidupnya terlalu lama dipandu oleh ketakutan, bukan cinta. Ia terlalu sibuk membuktikan diri hingga lupa merawat dirinya.
Sejak pulih, Alin perlahan mengubah cara pandangnya. Ia tak langsung menjadi pribadi baru, tapi mulai belajar berkata “tidak”, mulai mengurangi beban organisasi, dan memberi ruang untuk gagal.
Hari ini, Alin masih dalam proses. Ia belum sepenuhnya lepas dari bayang-bayang ekspektasi. Tapi setidaknya, ia mulai mengenal siapa dirinya ketika tak sedang berusaha menyenangkan siapa pun.
Ekspektasi memang tidak bisa dihapus sepenuhnya. Tapi kita bisa memilih bagaimana memperlakukan diri sendiri di tengah tuntutan itu. Dan bagi Alin, itu adalah langkah awal menuju hidup yang lebih jujur bukan kepada orang lain, tapi kepada dirinya sendiri. Karena tak ada pencapaian sebesar apa pun yang sebanding dengan kehilangan diri sendiri.***
Penulis: Salsa Nur Fadillah
Sumber: