Kamu dan Dirimu yang Terlupakan

Kamu dan Dirimu yang Terlupakan

Saat dunia terlalu bising, kadang diam adalah cara paling jujur untuk bertahan (foto : Freepik)--

Kamu melihat pencapaian orang lain dan merasa belum cukup. Kamu menilai dirimu berdasarkan standar luar. Padahal, yang kamu butuhkan bukan validasi, tapi pengakuan dari dirimu sendiri.

Pernahkah kamu berkata, “Aku bangga padamu,” pada dirimu sendiri? Jika belum, mungkin itulah awal dari segalanya.

Setiap hari kamu melewati cermin, tapi tak pernah benar-benar menatap mata sendiri. Kamu mendengarkan semua orang, tapi lupa mendengarkan isi hatimu sendiri.

Mungkin kamu pernah berjalan pulang dari kantor sambil memutar lagu lama yang tiba-tiba menyentuh. Atau kamu pernah menangis diam-diam di kamar mandi setelah hari yang melelahkan. Itu semua adalah bentuk panggilan dari dirimu yang terlupakan. Dan kamu selalu menunda menjawabnya.

Bagaimana Cara Bertemu Dirimu Lagi?

Tidak ada cara yang sakral. Tidak perlu meditasi yang rumit atau liburan ke tempat eksotis. Kamu hanya perlu mulai hadir.

● Bangun pagi tanpa langsung membuka ponsel. Biarkan pikiranmu menyapa hari, bukan layar.

● Tulis satu kalimat setiap malam sebelum tidur. Terserah isinya. Yang penting jujur.

● Berjalan sendirian tanpa tujuan. Rasakan langkahmu. Dengarkan napasmu.

● Berhenti meminta maaf karena ingin sendiri. Itu bukan egois. Itu perlu.

Refleksi bukan soal menyelesaikan sesuatu. Tapi tentang menerima dan memahami. Tentang melihat luka, tanpa buru-buru menyembuhkannya. Tentang mengenal rasa takut, dan berkata: “Aku di sini bersamamu.”

BACA JUGA:Lebih dari Sekadar Angka: Perceraian dan Dampaknya pada Anak

Kamu tidak benar-benar hilang. Kamu hanya tertinggal beberapa langkah di belakang. Tapi kabar baiknya, kamu bisa kembali. Kapan saja.

Dirimu yang dulu ceria, yang punya imajinasi liar, yang berani bermimpi besar ia masih ada. Ia tidak mati. Ia hanya diam, menunggu kamu datang dan berkata, “Aku belum lupa kamu.”

Dan ketika kamu mulai mendengarkan, kamu akan menemukan bahwa ternyata, hidup tidak sesempit target dan tenggat waktu. Hidup juga soal rasa. Soal napas. Soal jeda

Sumber: